Pancasila

Published by admin on

Pengertian pancasila 

Kedudukan dan fungsi pancasila bila kita kaji secara ilmiah memeliki pengertian yang luas, sebaik dalam kedudukannya sebagai dasar negara, sebagai pandangan hidup bangsa sebagai ideologi bangsa dan negara, sebagai keperibadian  bangsa bahkan dalam proses terjadinya terdapat berbagai macam terminologi yang harus kita deskripsikan  secara objektib.

Untuk memahami pancasila secara kronologis baik menyangkut rumusannya maupun peristilahannya maka pegertian pancasila tersebut meliputi lingkup pengertian sebagai berikut:

  • Pancasila sebagai Etimologis
  • Pancasila sebagai Historis
  • Pancasila sebagai Terminologis

Pancasila Sebagai Etimologis

Sebelum kita membahas isi arti dan fungsi pancasila sebagai dasar negara maka terlebih dahulu perlu dibahas asal dan istilah “pancasila” beserta makna yang terkandung didalamnya. Secara Etimologis istilah “pancasila” berasal dari sangsekerta dari india (Bahasa kasta Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah Prakerta.

Menurut Muhammad Yamin , dalam bahasa sangsekerta perkataan pancasila  memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu:

Panca ”artinya lima” “syla” vokal i pendek artinya “batu sendi”,  “alas”, atau “dasar” “syila” vokal i panjang artinya “peraturan tingkah lakuyang baik, yang penting atau yang senonoh”

Kata kata tersebut kemudian dalam bahasa indonesia terutama dalam bahasa jawa diartikan “susila” yang memiliki hubungan dengan moralitas, oleh karena itu secara etimologis kata “pancasila “ yang dimaksudkan adalah istilah  “panca syilia” dengan pokal i pendek yang memiliki makna leksikal “ berbatu sendi lima” , atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah “panca syiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting (Yamin:1960:437).

Perkataan pancasila mula mula terdapat dalam kepustakaan Budha di india. Ajaran Budha bersumber pada kitab suci Tri Pataka yang terdiri atas tiga macam buku besar yaitu: Sutha Pitaka, Abhidama Pilaka dan Vinaya Pitaka. Dalam ajaran Budha terdapat ajaran moral untuk mencapai Nirwana dengan melalui Samadhi, dan setiap golongan berbeda kewajiban moralnya. Ajaran ajaran moral tersebut adalah sebagai berikut: Dasasyila, Saptasyila, Pancasyiila.

Ajaran pancasila menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau five moral principles, yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganut biasa atau awam. Pancasyiila yang berisi lima larangan atau pantangan itu menurut isi lengkapnya adalah sebagai berikut:

 Panatipada veramani sikhapadam samadiyani artinya “jangan mencabut nyawa mahkluk hidup” atau dilarang membunuh.

Dinna dana veramani shikapadam samadfiyani artinya “janganlah mengambil barang yang tidak diberikan”, maksudnya dilarang mencuri.

Kameshu micehara veramani shikapadam samadiyani artinya jangalah berhubungan kelamin, yang dimaksudnya dilarang berzina.

Musawada veramani sikapadam samadiyani,  artinya janganlah meminum-minuman yang menghilangkan pikiran, yang maksudnya dilarang minum minuman keras (Zaenal abidin. 1958:361).

Dengan masuknya kebudayaan india ke indonesia melalui penyebaran agama Hindhu dan Budha, maka ajaran “pancasila” Budhismepun masuk ke dalam kepustakaan jawa, terutama pada jaman majapahit.

Perkataan “pancasila” dalam khasanah kesusahteraan nenek moyang kita jaman keemasan keprabuan Majapahit dibawah raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gadjah Mada, dapat ditemukan dalam keropak negara kertagama, yang berupa kakawin (sair pujian) dalam pujangga istana bernama empu Prapanca yang selesai ditulis pada tahun 1365, dimana dapat kita temui dalam sarga 53 bait ke yang berbunyi sebagai berikut:

Yatnaggegwani pancasyiila kartasangkarbgisekata, yang artinya raja menjalankan dengan dengan setia kelima pantangan (Pancasila), begitupula upacara – upacara ibadat dan penobatan-penobatan.

Bagitu perkataan pancasila dari bahasa Sansekerta menjadi bahasa jawa kuno yang artinya tetap sama terdapat dalam zaman Majapahit. Demikian juga pada jaman Majapahit tersebut hidup berdampingan secara damai kepercayaan tradisi agama Hindhu Syiwa dan agama Budha Mahayan dan campurannya Tantrayana.

Dalam kehidupan tersebut setiap pemeluk agama beserta alirannya terdapat penghulunya (kepala urusan agama). Kepala penghulu Budha tersebut “Dharmadyaksa ring kasyaiwan” (Slamet Mulyono, 1979:202)

Setalah Majapahit runtuh dan agama islam mulai tersebar ke seluruh Indonesia maka sia sia pangaruh ajaran moral Budha (Pancasila) masih juga dikenal dalam masyarakat jawa, yang disebut dengan “Lima larangan” atau “lima Pantangan” moralitas yaitu dilarang:

  • Mateni, artinya membunuh
  • Maliang, artnya mencuri
  • Madon, artinya berzina
  • Mabok, artinya minum minuman keras atau menghisap candu
  • Main, artinya berjudi

Semua huruf dalam ajaran moral tersebut diawal dengan huruf “M” atau dalam bahasa jawa disebut “Ma”, oleh karena iut lima prinsip moral tersebut “Ma lima” atau “M 5” yaitu lima larangan (Ismaun, 1981:79).

Categories: pendidikan

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

DMCA.com Protection Status